Sritex Akan Menutup Pabrik pada Sabtu – Sritex, perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, akan menghentikan seluruh operasional pabriknya di Jawa Tengah pada Sabtu mendatang setelah putusan pengadilan menyatakan perusahaan ini bangkrut akibat gagal melunasi utang. Penutupan ini akan berdampak pada lebih dari 10.000 pekerja di berbagai wilayah.
Mahkamah Agung baru-baru ini menolak banding yang diajukan oleh Sritex, sehingga menguatkan putusan Pengadilan Negeri Semarang yang telah menyatakan perusahaan ini pailit sejak 21 Oktober. Upaya pemerintah untuk memberikan bantuan tidak mampu menyelamatkan Sritex dari kebangkrutan, mengakhiri perjalanan panjang perusahaan ini di industri tekstil Indonesia.

Sritex akan Menutup Pabrik
Sritex Akan Menutup Pabrik, Perpisahan Emosional Ribuan Pekerja
Pada hari Jumat, ribuan karyawan berkumpul di pabrik Sritex di Sukoharjo untuk mengucapkan selamat tinggal kepada tempat kerja mereka. Banyak di antara mereka yang berpelukan dengan rekan kerja, mengemas barang-barang pribadi, dan menulis pesan perpisahan di seragam masing-masing sebagai tanda kenangan.
Beberapa pekerja juga mengabadikan momen terakhir mereka dengan berfoto di depan gerbang ikonik Sritex yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama bertahun-tahun.
Salah satu karyawan, Sri Wiyani, yang telah bekerja di Sritex selama 20 tahun, membawa pulang foto berbingkai pendiri perusahaan, Haji Lukminto, sebagai kenang-kenangan.
“Banyak kenangan di sini, dari bertemu jodoh hingga membesarkan anak-anak saya yang sekarang sudah sekolah,” ujarnya dengan haru.
Sementara itu, Suyoto, karyawan yang telah bekerja selama 30 tahun, merasa cemas tentang masa depannya, terutama dalam membayar cicilan rumahnya.
“Saya masih memiliki kredit di BRI, dan sekarang saya kehilangan pekerjaan. Ini pukulan berat bagi saya,” katanya.
Dampak Penutupan dan Perlindungan Pekerja
Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer Gerungan, mengonfirmasi bahwa sebanyak 10.965 pekerja akan terdampak oleh penutupan pabrik Sritex di Sukoharjo, Boyolali, dan Semarang. Pabrik di Sukoharjo, yang merupakan fasilitas terbesar Sritex, sebelumnya mempekerjakan lebih dari 8.500 orang.
Proses pemutusan hubungan kerja dilakukan dalam tiga tahap sejak bulan lalu, diawasi oleh kurator yang ditunjuk pengadilan guna memastikan kepatuhan terhadap regulasi kebangkrutan.
“Kementerian Ketenagakerjaan berkomitmen untuk membela hak-hak pekerja,” kata Immanuel, seraya menegaskan bahwa seluruh karyawan Sritex akan menerima pesangon dan manfaat sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Sritex dinyatakan bangkrut setelah Indo Bharat Rayon, salah satu kreditornya, mengajukan gugatan atas utang yang belum terbayar. Kreditur tersebut berhasil membatalkan perjanjian restrukturisasi utang sebelumnya, sehingga memaksa Sritex menghadapi proses hukum yang berujung pada kebangkrutan.
Keputusan Mahkamah Agung pada Desember lalu menguatkan putusan pengadilan sebelumnya, membuat Sritex tidak memiliki jalan lain untuk bertahan.
Warisan dan Kemunduran Sritex
Didirikan 58 tahun lalu, Sritex pernah menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar dan paling terkenal di Indonesia. Dengan fasilitas produksi yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah, Sritex tidak hanya menjadi raksasa dalam negeri, tetapi juga pemain global. Perusahaan ini bahkan dikenal sebagai pemasok seragam militer kamuflase untuk negara-negara anggota NATO, yang membuktikan reputasi internasionalnya.
Namun, Sritex akan menutup pabrik terjadi di tengah tekanan berat pada industri tekstil dan garmen Indonesia. Penurunan permintaan ekspor, meningkatnya biaya operasional, serta persaingan ketat dari negara-negara seperti Vietnam dan Bangladesh telah memperburuk kondisi industri ini.
Meskipun demikian, sektor tekstil tetap menjadi industri penting di Indonesia, berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan memberikan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang di seluruh negeri. Nasib industri ini ke depan masih bergantung pada kebijakan pemerintah dan adaptasi pelaku usaha terhadap dinamika pasar global.